Pariwisata merupakan salah satu aset kekayaan dari suatu negara. Setiap tahunnya dunia pariwisata turut serta memberikan devisa bagi negara yang jumlahnya tidak kalah besar dibandingkan dengan sektor usaha lainnya. Tidak hanya menguntungkan dari sisi ekonomi, namun dengan adanya pariwisata, kita dapat memperkenalkan kebudayaan Indonesia yang sangat beraneka ragam dan indah ini di mata dunia.
Namun untuk meraih semuanya itu tak semudah mengucapkannya. Sangat sulit untuk mengembangkan roda kehidupan pariwisata agar sesuai dengan apa yang diharapkan, namun bukan berarti tidak bisa. Jika kita membicarakan masalah pariwisata, maka hal ini tak akan lepas dari bagaimana cara kita dalam menjual dan memasarkan keindahan dan kekayaan pariwisata yang kita miliki saat ini dimata dunia.
Tantangan dan tuntutan akan dunia pariwisata semakin lama akan semakin ketat. Tidak hanya persaingan yang semakin sengit antar negara, namun krisis global yang melanda seluruh dunia membuat beban dunia pariwisata Indonesia semakin berat. Hal ini belum lagi ditambah dengan prediksi terjadinya perubahan dalam 3 faktor penunjang dunia pariwisata, yakni perubahan teknologi, perubahan iklim/ekologi, serta perubahan dari perilaku wisatawan itu sendiri.
Kita semua tahu, bahwa persaingan di dunia pariwisata saat ini begitu ketat. Semua negara berlomba-lomba mempercantik diri agar dapat menarik hati para wisatawan asing untuk datang dan mengeluarkan banyak uang mereka di negara tersebut. Saat ini persaingan dunia pariwisata ibarat suatu kontes pencarian idola seperti yang ad di televisi. Semuanya berlomba-lomba memberikan yang terbaik, berpromosi yang baik untuk mendapatkan simpati dan dukungan sebanyak-banyaknya dari masyarakat dunia. Hal ini akan menuntut negara-negara yang memiliki potensi wisata untuk dapat melakukan suatu terobosan dan keunikan tersendiri agar dapat menjadi magnet bagi para wisatawan untuk mau datang ke negeranya.
Tidak sampai di situ, krisis global yang terjadi akhir-akhir ini membuat semua sektor usaha mengalami penurunan pendapatan, termasuk dengan dunia pariwisata. Wisatawan saat ini akan lebih cenderung memilih tempat-tempat wisata yang lebih menghemat biaya, bahkan tidak mungkin banyak dari mereka yang telah mengurungkan niatnya untuk berpelesir ke luar negeri akibat dari krisis yang terjadi saat ini. Faktor ini juga akan memaksa tiap-tiap negara untuk pintar dalam mengatur besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh wisatawan, sehingga disini juga akan ada suatu kompetisi yang tidak kalah ketatnya.
Kemudian tidak cukup sampai disitu saja, perubahan teknologi, iklim, serta perilaku dari wisatawan juga akan membuat strategi pemasaran pariwisata juga akan mengalami perubahan. Seperti yang kita ketahui, kemajuan dalam bidang teknologi membuat saat ini segalanya bisa di dapat secara on line. Para wisatawan dengan sangat mudah mencari informasi mengenai tempat-tempat wisata yang tersebar di seluruh dunia dan mereka dapat langsung melakukan reservasi tanpa harus lagi berepot-repot mendatangi travel agency untuk memesan tiket, hotel, atau sebagainya. Hal ini tentunya akan membuat peranan dari travel agency akan semakin menurun bahkan cenderung mengalami kegagalan ke depannya.
Perubahan iklim/ekologi juga menjadi satu permasalahan yang sangat serius. Setiap tahunnya air laut semakin naik ke permukaan daratan, hal ini belum lagi ditambah dengan seringnya negara kita mengalami bencana-bencana alam seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan sebagainya. Hal ini tentunya membuat pamor pariwisata Indonesia akan turun. Bagaimana nungkin kita ingin memasarkan pariwisata Indonesia kalau setiap tahunnya sebagian besar wilayah Indonesia masih diliputi banjir dan longsor? Bahkan bandara udara pun dapat lumpuh akibat adanya genangan air. Kemudian bagaimana juga jika Jakarta dan Bali tenggelam akibat perubahan iklim ini? Tentunya kita tidak boleh hanya menaruh harapan kepada dua kota tersebut.
Perubahan perilaku wisatawan ditandai dengan adanya perubahan sikap dalam melakukan travelling. Kebiasaan dalam berpergian dengan mengikuti tour travel akan bergeser ke arah berpergian dalam kelompok yang kecil, dimana mereka akan mencari tahu sendiri tujuan dan tempat wisata yang mereka ingini. Hal ini pastinya akan membuat peranan tour travel juga akan mengalami kerugian akibat perubahan perilaku tersebut.
Hal ini membuktikan bahwa tantangan dunia pariwisata Indonesia ke depannya akan semakin berat. Dibutuhkan strategi yang matang untuk dapat mempertahankan prestasi yang telah diraih selama ini dan juga harus dipikirkan, bagaimana caranya untuk dunia pariwisata kita dapat memperluas target pasarnya. Penulis sebagai orang awam ingin ikut berperan serta dalam memajukan dunia pariwisata di Indonesia dengan cara mengemukakan pendapat yang di dapat dari pengalaman pribadi dan opini yang dirasa dapat membantu mencarikan solusi bagi pariwisata Indonesia agar dapat dengan efektif menembus pasar internasional yang lebih luas.
Untuk dapat mendapatkan strategi yang efektif dalam hal menembus pasar internasional yang lebih luas, maka dibutuhkan beberapa strategi jitu untuk menjawab setiap permasalahan yang dihadapi. Adapun penulis telah memikirkan 4 strategi pokok yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah beserta segenap lapisan masyarakat Indonesia. Adapun keempat strategi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pembangunan, perbaikan, dan pemeliharaan pra sarana dan sarana penunjang
Jika kita membicarakan masalah pariwisata, maka hal ini tak akan lepas dari bagaimana cara kita menjual dan memasarkan pariwisata yang kita miliki saat ini dimata dunia. Jika kita mengkaitkannya dengan dunia marketing, maka kita harus memperhatikan faktor 4P (product, price, place, promotion).
Faktor terpenting adalah P pertama, yakni produk. Produk pariwisata apa yang akan kita tawarkan kepada wisatawan mancanegara agar mau berkunjung ke Indonesia? Tentunya saat ini di tengah pesatnya kemajuan di segala aspek bidang kehidupan, maka produk bukan hanya sekedar barang atau jasa, namun harus ada value didalamnya. Perilaku wisatawan saat ini sangat memperhatikan aspek value dan lantas value apa yang kita bisa berikan untuk pariwisata Indonesia agar para wisman mau datang ke negeri yang indah ini?
Namun, keindahan alam dan budaya yang kita miliki tidak akan bermakna dan menarik apabila tidak didukung dengan suatu packaging atau tampilan yang baik pula. Tampilan yang dimaksud disini adalah pra sarana dan sarana yang dapat menunjang pariwisata lokal untuk dapat menembus ketatnya persaingan dalam dunia pariwisata internasional. Faktor inilah yang membuat Bali dapat menjadi magnet yang sangat kuat bagi para wisman, karena pra sarana dan sarana penunjang di Bali sudah memenuhi standar internasional, sehingga tidak heran Bali saat ini telah menjadi salah satu tujuan dari pariwisata dunia.
Sarana-sarana disini bisa berupa bandara udara, tempat penginapan, akses jalan, tempat makan, tempat wisata, tempat berbelanja, sarana transportasi bahkan hingga ke hal yang paling sepele sekalipun seperti wc umum. Terkadang pemerintah telah merencanakan segala sesuatunya dengan sebaik mungkin, namun sering kali perilaku masyarakat yang tidak siap akan menerima setiap perubahan yang ada membuat pra sarana dan sarana yang sudah ada menjadi rusak maupun tidak terawat. Aksi vandalisme hingga kurangnya rasa sadar akan budaya menjaga kebersihan membuat sarana dan pra sarana tempat-tempat wisata di Indonesia menjadi sangat memprihatinkan. Contohnya saja, masih sangat banyak wc-wc umum yang kondisinya sangat memprihatinkan. Selain kotor, bau yang tidak sedap, serta tidak tersedianya air bersih untuk membersihkan. Bagaimana mungkin para wisman mau datang kalau sarana umumnya saja masih seperti ini? Atau akses jalan di Indonesia yang sangat memprihatinkan, jalan berlubang dimana-mana, kemudian kelayakan dari sarana transportasi di beberapa daerah yang masih sangat perlu perhatian, hal ini jelas akan tidak membuat nyaman bagi para wisatawan untuk berkunjung ke lokasi pariwisata. Hal ini belum lagi jika kita melihat dari kebersihan dan kelayakan dari tempat pariwisatanya. Apakah semuanya sudah memenuhi standar internasional? Bagaimana mungkin kita mau menawarkan pariwisata ke luar negeri kalau pra sarana dan sarana penunjangnya saja masih jauh dari standar internasional seperti ini. Tentunya kita jangan sampai kalah bersaing dengan negara-negara lainnya dalam urusan pra sarana dan sarana ini.
Untuk masalah sarana dan prasarana ini, peran pemerintah daerah setempat akan sangat berpengaruh tidak hanya untuk mengembangkan potensi wisata lokal setempat, namun juga untuk memperbaiki, membuat, serta memelihara sarana dan prasarana penunjang. Karena negara kita sangat terkenal dalam urusan pembangunan, tapi sering kali kita juga lupa bahwa seharusnya kita juga dapat memelihara dan menjaga segala fasilitas yang ada. Tak lupa juga peran serta masyarakat untuk peduli, memelihara, serta melestarikan semua fasilitas yang telah ada.
2. Positioning yang kuat dan berkesinambungan
Jelas jika kita mau belajar dan berkaca kepada kesuksesan negara lain dalam hal membangun dunia pariwisatanya masing-masing, maka kita akan melihat adanya satu keunikan atau perbedaan yang membuat negara tersebut “wajib” dikunjungi oleh para wisman. Jika kita ke Perancis, belum lengkap rasanya kalau belum ke menara Eiffel, jika kita ke Mesir, belum lengkap rasanya jika tidak melihat piramid. Nah inilah contoh-contoh dari positioning objek wisata yang sangat kuat. Tujuannya adalah, ketika kita telah mempunyai positioning yang kuat, maka itu merupakan modal kita untuk mempromosikan objek wisata lainnya.
Kita ambil contoh Malaysia. Jika kita mendapat kesempatan ke Malaysia, pasti kunjungan kita tidak akan lengkap jikalau kita belum berfoto di depan twin tower atau menara petronas. Mengapa, karena Malaysia telah mempositioningkan pariwisata mereka dengan gedung kembar tersebut. Kemudian setelah sirkuit Sepang dibuat, positioning itu mulai berkembang kepada petronas-sepang. Dari dua positioning ini, pemerintah Malaysia melakukan promosi wisata mereka lainnya, yakni Genting Highland hingga akhirnya Genting Highland telah menjadi salah satu primadona pariwisata di Malaysia. Bisa dilihat kesinambungannya?
Sebenarnya Indonesia sudah mempunyai modal yang kuat pada pesona keindahan Bali, namun hal ini tidak berkesinambungan ke objek wisata lainnya sehingga membuat Indonesia seolah hanya berharap kepada Bali saja. Padahal negara kita mempunyai banyak sekali potensi yang bisa ditonjolkan. Ini juga merupakan salah satu bentuk promosi yang sangat efektif. Jika memang Bali masih menjadi daya tarik utama pariwisata Indonesia, maka seharusnya pemerintah melakukan promosi gencar-gencaran di Bali mengenai objek wisata lainnya agar para wisman tersebut aware dengan pariwisata di Indonesia. Misalnya, di Bali pemerintah melakukan promosi mengenai candi Borobudur, agar di dalam pemikiran semua wisman yang datang ke Indonesia, tidak akan lengkap datang ke Indonesia jika tidak datang ke Bali dan Borobudur, jika hal ini sudah berhasil, maka hendaknya pemerintah mencari kembali objek wisata berikutnya untuk di positioningkan kembali dan begitu seterusnya.
3. Kegiatan dan event yang menarik wisman
Jika kita melihat dunia pariwisata Indonesia saat ini dapat dikategorikan ke dalam pariwisata budaya, karena memang disitulah value dan daya tarik kita sebagai negara yang memiliki keanekaragaman budaya. Hal ini juga tercermin dari Visit Indonesia 2008 kemarin, dimana tiap-tiap daerah saling mengadakan kegiatan di daerahnya masing-masing untuk menunjukkan kesenian daerah masing-masing agar para wisatawan tertarik dan mau datang ke daerahnya.
Namun kita tidak bisa menjadikan kegiatan seperti ini menjadi project utama atau dagangan utama kita untuk menarik hati para wisman. Karena selain promosi yang kurang, para wisman seringkali tidak mengetahui info-info mengenai keberadaan event tersebut. Disini kita harus mengadakan suatu event yang benar-benar membuat para wisman mau berkunjung ke Indonesia dan di saat itulah promosi mengenai acara-acara carnaval di daerah-daerah dilakukan. Karena seringkali pemerintah mengeluhkan mengenai anggaran promosi yang selalu kurang, namun dengan cara seperti ini maka tidak dibutuhkan biaya yang besar hingga memasang iklan di luar negeri yang belum dapat dipastikan keefektifannya.
Memang harus diakui, kita memang masih belum bisa seperti Malaysia yang telah menjadi tuan rumah dari penyelenggaraan ajang balapan terbesar di dunia yakni F1 dan MotoGp yang bisa menarik minat para wisman untuk datang. Atau kita juga belum bisa seperti Jepang dan Korea Selatan yang telah sukses menjadi tuan rumah piala dunia sepak bola, walaupun saat ini PSSI telah berjuang untuk menjadikan Indonesia menjadi host piala dunia tahun 2022. Semoga saja! Atau mungkin kapan penyelenggaraan final Miss Universe bisa dilangsungkan di negara yang indah ini? Jawabannya masih penuh tanda tanya.
Namun bukan berarti kita tidak mempunyai event yang bisa kita andalkan. Sebagai contohnya, Indonesia boleh berbangga mempunyai event tahunan musik jazz yang dapat dikategorikan sudah mencapai level dunia, yakni Java Jazz Festival. Dimana event seperti inilah yang penulis maksudkan, karena tidak semua negara mempunyai event seperti ini. Mungkin Indonesia mempunyai event Indonesia Super Series dalam bulu tangkis, namun banyak juga negara lain yang memilikinya, sehingga hal ini membuat keunikan dari event itu juga berkurang. Namun berbeda dengan Java Jazz Festival. Hal ini bisa saja membuat para pecinta musik Jazz dari Asia bahkan tidak mungkin dunia, datang beramai-ramai ke Indonesai dan momen itulah yang seharusnya kita gunakan untuk menunjukkan bahwa negara kita mepunyai dunia pariwisata yang tidak boleh dipandang sebelah mata dan sangat banyak.
Sehingga nantinya akan muncul 2 buah macam event, yakni event utama atau event besar seperti penyelenggaran Java Jazz Festival, tuan rumah ABG (Asian Beach Games), Kompetisi Tenis Tier 3 oleh Commonwealth Bank di Nusa Dua Bali, dll. Serta kemudian event pendukung, yakni event-event yang ada di daerah-daerah. Sehingga disini event utama berfungsi sebagai media promosi bagi event-event pendukung yang ada.
Maka daripada itu, disini dituntut kerja sama dari segenap pihak, baik pihak penyelenggara maupun dari pemerintah, sehingga akan menimbulkan suatu simbiosis mutualisme diantara keduanya.
4. Teknik Promosi & Positioning yang efektif dan efisien
Banyak yang pihak mengungkapkan bahwa salah satu kelemahan dari program wisata Indonesia adalah kurang adanya promosi dari pemerintah sehingga membuat pariwisata di Indonesia kurang maksimal. Pemerintah memang saat ini juga tengah aktif untuk mengikuti berbagai event pameran pariwisata yang diselenggarakan di luar negeri, tapi tetap seharusnya kita bisa meraih hasil yang lebih maksimal dibandingkan dengan apa yang telah kita peroleh saat ini.
Seperti yang sudah sempat disinggung di atas, bahwa sesungguhnya ketika kita mau berpromosi yang efektif, tidaklah harus jor-joran dalam membuat iklan dan mengeluarkannya di luar negeri. Seperti yang kita ketahui dan tidak bisa dipungkiri, Bali saat ini masih menjadi magnet yang sangat kuat bagi pariwisata Indonesia, maka seharusnya pemerintah menjemput bola dengan melakukan promosi di sana. Promosi tersebut bisa dalam bentuk visual seperti baliho, spanduk, atau billboard yang memuat indahnya pariwisata Indonesia di daerah lainnya maupun dengan cara bekerja sama dengan pihak travel agency, hotel, maupun tempat wisata di Bali untuk memberikan informasi dan promo-promo mengenai tempat wisata Indonesia lainnya. Jika hal ini dapat dilakukan dengan efektif maka tidak mungkin para wisman tersebut akan memperlama masa berlibur mereka, kemudian merasa tidak puas dan penasaran dengan objek wisata Indonesia lainnya, dan bahkan tidak mungkin terjadi publisitas diantara para wisman sehingga mereka dapat menjadi salah satu media promosi pariwisata Indonesia di negaranya masing-masing.
Tapi jelas hal ini juga tidak akan berjalan apabila tidak banyak wisman yang datang ke Indonesia khususnya Bali. Maka dari itu, promosi keluar memang masih dibutuhkan, namun kita harus lebih jeli dan kreatif dalam membaca peluang dan kesempatan kita untuk dapat berpromosi. Jelas prinsip ekonomi, yakni mendapatkan hasil sebesar-besarnya dengan usaha sekecil-kecilnya akan sangat bermain dalam hal ini.
Salah satu media untuk menciptakan awareness adalah dengan melalui iklan, tapi ruang lingkup dari iklan hanya sebatas kepada target audience dari media yang digunakan untuk beriklan. Sebenarnya ada hal lain yang lebih efektif dan efisien agar prinsip ekonomi tadi benar-benar dapat terjadi dalam industri pariwisata kita. Salah satunya adalah dengan olah raga. Apa hubungannya antara pariwisata dengan olah raga dan beriklan?
Setiap tahunnya pasti ada putra-putra daerah yang dikirim oleh negara untuk mengikuti kompetisi-kompetisi di luar negeri. Seperti bulu tangkis yang rutin mengikuti event-event di luar negeri, kemudian kita punya perwakilan pembalap di A1 Grandprix, lalu ada pembalap muda Indonesia, Donny Tata yang mengikuti MotoGP 250cc, kemudian kita juga memiliki “The Dragon” Chrisjohn sebagai juara dunia dalam tinju dan masih banyak lainnya. Seharusnya disinilah celah kita untuk berpromosi. Seharusnya di setiap atlet-atlet maupun perwakilan-perwakilan yang tengah dikirim ke luar negeri, pemerintah menyisipkan logo visit Indonesia di baju, jaket, tas, dan perlengkapan lainnya. Sehingga orang tidak hanya tahu bahwa mereka adalah atlet Indonesia, namun orang-orang yang melihatnya juga akan menjadi tahu dan penasaran dengan program pariwisata Indonesia.
Bayangkan seperti seorang Chrisjohn yang sudah berhasil menembus Las Vegas, Amerika. Jelas pertandingan tinju di sana bukanlah pertarungan yang sembarangan dan sudah pasti disiarkan di hampir setiap negara. Nah bayangkan jika ada logo Visit Indonesia di jubah yang digunakan oleh Chrisjohn dan baju yang digunakan oleh setiap personilnya dan hal itu diliput dan disiarkan di seluruh dunia, berapa banyak orang yang akan melihatnya dan menjadi penasaran dengan program visit Indonesia?
Atau Donny Tata yang mengikuti full season grandprix 250cc. Belasan negara telah disinggahi oleh Donny dan walaupun belum meraih hasil yang maksimal, namun bayangkan jika logo visit Indonesia terpampang besar di body samping dari motornya. Berapa banyak orang yang akan melihatnya? Namun hal ini harus dilakukan di semua perwakilan Indonesia yang sedang berlaga di luar negeri agar terjadi perulangan yang membuat orang-orang di luar negeri mengingat bahwa logo tersebut merupakan logo dari Visit Indonesia.
Namun penulis menyadari bahwa tidak mudah melakukan hal itu karena terbentur dengan masalah kontrak atau masalah sponsorship yang diminta dari pihak yang akan berlaga di luar negeri. Namun disinilah seharusnya letak kedewasaan bangsa ini diuji. Apakah kita masih mementingkan kepentingan pribadi dibandingkan dengan kepentingan bangsa. Namun pemerintah juga tidak bisa seenaknya memaksa untuk pemasangan logo tersebut, setidaknya pemerintah dapat menggunakan anggaran beriklan ke luar negeri untuk pemasangan logo ini. Jadi tidak ada pihak yang merasa dirugikan dari perjanjian ini.
Apabila saran-saran di atas dapat diaplikasikan dengan baik, maka tidak mungkin kita akan dapat memperluas daya jangkau dan daya saing kita terhadap negara-negara lainnya. Sesungguhnya negara ini tidak akan pernah habis menyuguhkan pesona-pesona pariwisata yang sangat luar biasa, namun terkadang sikap pesimis dan strategi yang tidak tepat membuat hasil yang diperoleh kurang maksimal.
Ada satu permasalahan lagi yang belum terselesaikan, yakni bagaimana caranya agar travel agency dan tour travel dapat bertahan menghadapi tantangan dan perubahan dalam dunia pariwisata ke depannya? Permasalahan utamanya merupakan perubahan teknologi dan perubahan perilaku dari para wisman. Namun sesungguhnya perubahan tersebut bukanlah suatu ancaman bagi para pelaku bisnis travel agency, justru kita harus melihatnya dari sisi lainnya bahwa perubahan ini justru akan membuat pelaku bisnis akan lebih untung.
Perubahan teknologi membuat setiap orang bisa melakukan pembelian secara online melalui internet. Disinilah seharusnya para travel agency dapat beradaptasi dengan juga mengikuti perubahan yang ada dengan cara berjualan secara online juga. Justru para travel agency disini lebih bisa memperluas daya jangkaunya. Travel agency lokal dapat secara langsung menawarkan promo-promo mereka ke para calon wisman secara langsung dan lebih luas. Karena salah satu kelemahan dari travel agency adalah travel agency harus berada di wilayah jangkauan dari konsumen. Sedangkan tidak di setiap tempat mempunyai travel agency, hal ini membuat pembelian pribadi secara online kerap dilakukan. Namun hal ini akan berbeda jika travel agency juga berjualan di dunia maya.
Contohnya apabila saya di Pamulang, maka harus ada travel agency yang ada di Pamulang untuk mempermudah saya dalam mendapatkan promo dari pihak travel agency, namun jika travel agency dilakukan secara online, maka dimanapun saya berada, saya dapat memesannya kepada pihak travel agency. Lebih mudahkan?
Kemudian untuk mengatasi perubahan perilaku dari wisman yang lebih gemar melakukan wisata dengan jumlah yang kecil, disini pihak tour travel juga harus melakukan perubahan, yakni dengan cara bergeser fungsi menjadi tour counsultant. Sebenarnya tidak beda jauh dengan tour travel, namun tour counsultant mempunyai fungsi tambahan dan utama untuk menghadapi perubahan tersebut, yakni dengan cara menjadi pihak konsultan.
Konsultan disini yang dimaksudkan adalah pihak tour counsultant dapat memberikan fasilitas jasa dalam hal menyusun kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh para wisman. Disini juga pihak konsultan dapat melakukan penawaran dengan cara menyusun program liburan sesuai dengan anggaran dari wisman itu sendiri. Kemudian disini pihak konsultan akan mendapatkan komisi dari total anggaran yang dikeluarkan oleh wisman. Pihak konsultan juga dapat merekomendasikan tempat penginapan atau sarana transportasi kepada pihak calon pembeli, disini jelas pihak konsultan akan mendapatkan lagi komisi dari pihak hotel maupun maskapai penerbangan yang direkomendasikan.
Karena walau para wisman lebih suka mencari sendiri mengenai info objek wisata yang akan didatangi, namun mereka tidak mengerti bagaimana cara ke objek tersebut, titik terbaik dari objek tersebut, dan tempat makanan dan penginapan yang sesuai dengan keinginan dan budget mereka dan disinlah celah untuk para pelaku bisnis di dunia tour travel.
Semua saran di atas hanya akan menjadi kata-kata biasa kalau memang tidak ada pihak-pihak yang mau menggerakkannya. Disini dituntut kedewasaan, kerendah hatian, dan kepedulian segenap lapisan masyarakat agar strategi ini dapat dengan efektif berjalan.
Tidak ada ruginya untuk mencoba dan jangan pernah takut untuk gagal, karena dari kegagalan itulah kita bisa tahu kelemahan dan kesalahan dari strategi kita, sehingga kita bisa membuat strategi yang lebih efektif lagi ke depannya.
Jangan menunggu Indonesia menjadi tuan rumah piala dunia untuk meningkatkan industri wisata Indonesia, tapi lebih cepat dilakukan akan semakin baik dan marilah kita mendukung segenap program pemerintah untuk mensukseskan dunia pariwisata Indonesia ke depannya.
Kita jangan mau kalah dengan negara tetangga kita Malaysia dan singapura. Kita adalah negara besar yang tentunya memiliki potensi wisata yang jauh lebih besar, lebih banyak, dan jauh lebih indah dibandingkan dengan mereka. Menjadikan pariwisata Indonesia sebagai pariwisata dunia bukanlah sebuah mimpi. Kita sudah mempunyai modal yang sangat baik, namun sekarang tergantung dari segenap elemen masyarakat yang mau secara sadar dan ikhlas menjalakannya bersama-sama. Mengapa harus bersama-sama? Jelas, kita tidak boleh berharap hanya kepada pemerintah, tapi mulailah dari diri kita pribadi untuk mau peduli dengan dunia pariwisata kita.
Kita jaga, rawat, dan lestarikan bersama setiap potensi-potensi wisata yang ada saat ini. Kita juga bantu peran pemerintah dalam melakukan promosi keindahan bumi Indonesia ini ke semua relasi kita yang berada di luar negeri, sehingga dari hal ini akan tercipta suatu publisitas yang baik mengenai negara kita. Jangan menjadi masyarakat yang justru tidak pernah bersyukur dan selalu mengkritik tanpa pernah mau sadar untuk melakukan perubahan.
Bangsa ini tidak akan pernah dapat berubah hanya dengan kata-kata saja, namun butuh aksi nyata. Mari bangsa Indonesia, kita bersatu untuk melakukan hal ini semua. Kita pasti bisa! Kita majukan dan sukseskan pariwisata Indonesia ke arah yang lebih baik dan lebih luas.
Catatan kecil dari
Jonathan Christian Susanto
2 komentar:
5 November 2009 pukul 14.40
terimakasih atas info & sarannya, karena sangat berguna bagi kami dalam menyusun strategi pembangunan pariwisata daerah. Kalau boleh, tolong uraikan teknis strategi dan kebijakan negara maju dalam membangun pariwisata mereka agar dapat kita pelajari
8 Juni 2013 pukul 21.29
trimakasih yah atas infonya.
:)
Gbu
Posting Komentar