Golput atau golongan putih sepertinya bukan istilah yang asing lagi bagi kita akhir-akhir ini. Berbagai spekulasi bermunculan mengenai golput dari berbagai lembaga survei di Indonesia dan mayoritas dari mereka mengungkapkan bahwa angka golput akan melonjak tajam pada pemilu kali ini, bahkan ada yang memprediksi angka golput akan mencapai hingga 40%.
Realitanya di lapangan memang seperti itu. Saya banyak sekali menjumpai oang-orang yang hendak golput pada pemilu nanti baik itu teman-teman saya atau member di group-group golput di FB. Sangat disayangkan sekali mengingat negara ini menganut sistem demokrasi, dimana kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat, tetapi malah rakyatnya pada golput.
Memang kaum golput juga tidak dapat disalahkan begitu saja dalam hal ini, mosi tidak percaya ini terjadi bukan karena tidak beralasan. Kondisi masyarakat yang tidak kunjung membaik dan janji-janji manis para caleg yang tidak terealisasi sudah membuat jenuh masyarakat kita sehingga hal ini membuat masyarakat sudah manjadi bosan dan berujung pada ketidak percayaan.
Bukan hanya itu saja, banyak juga masyarakat yang bingung mau mencontreng siapa. Masalahnya kalau boleh jujur, masyarakat itu tidak mengenal siapa-siapa saja caleg yang akan maju ke legislatif. Para caleg datang bak pahlawan kesiangan dengan janji-janji manis yang seolah-olah bisa mengubah nasib rakyat dengan sekejap. Selain daripada itu, masyarakat juga puyeng dengan sistem "contreng" yang ada saat ini. Sudah gitu surat suara yang sebesar gaban juga bisa saja membuat masyarakat menjadi ilfeel duluan. Jujur aja, saya juga mungkin aga puyeng juga nantinya. Bukan masalah mencontrengnya tapi lebih kepada melipat kembali kertas suara yang sudah saya buka, ini adalah salah satu kelemahan saya dari dulu. Saya tidak bisa melipat lipatan kertas yang terlalu ribet, pasti salah-salah mulu.
Nah ternyata alasan-alasan tersebut, ada 1 alasan lagi yang cukup logis yakni mengenai masalah struktural dan birokrasi. Untuk menjelaskannya saya akan menggunakan kasus yang benar-benar terjadi dialami oleh teman saya. Teman saya adalah ora
ng Palembang dan dia hijrah ke Jakarta untuk kuliah di sini dan ia mempunyai teman yang pergi ke singapur untuk kuliah di sana. Nah lucunya teman saya tidak mendapatkan hak pilih untuk pemilu nanti, sedangkan temannya yang di singapur mendapatkan hak pilihnya. Nah hal ini juga yang dialami oleh banyak perantau, dimana mereka akan kehilangan hak pilihnya. Golput yang seperti ini namanya golput struktural. Parahnya lagi, KPU telah menghapus TPS keliling yang biasanya berkeliling ke rumah sakit-rumah sakit yang ada. Jadi kalau ada pasien atau saudaranya yang mau nyontreng, mereka harus berbelat-belit ngelapor ke TPS terdekat terus ngelapor ke TPS awal, trus... trus... trus terang aja saya aja jadi pusing apalagi mereka yang sudah sakit, bisa ga sembuh-sembuh kali penyakitnya... hahahaha
Wah pokoknya kalau mau dicari alasannya, pasti sangat bermacam-macam. Namun, sebagai masyarakat Indonesia yang baik dan mengaku memiliki rasa nasionalisme, sudah seharusnya kita menggunakan hak suara kita pada tanggal 9 april nanti. Mau kita suka atau tidak, mau kita percaya atau tidak, dan mau tidak mau sekalipun, kita saat ini hidup di bawah suatu kepemerintahan dan sudah seharusnya kita tunduk kepada pemerintahan tersebut. Kenapa jangan sampai golput? Ya karena jelas aja, mau angka golput setinggi apapun, negara Indonesia harus dipimpin oleh yang namanya pemimpin yang kita sebut pemerintah. Jadi kalau anda tidak menggunakan hak pilih anda dan ikut serta meninggikan jumlah prosentase golput, maka anda juga telah turut serta membawa nasib bangsa ini ke 5 tahun yang suram. Karena gak mungkinkan negara ini tidak dipimpin oleh suatu pemerintahan??
Sudah begitu, apakah anda tahu 1 kertas suara itu berharga 14 ribu rupiah?? Wow, kalau anda golput, anda sudah membuang duit berapa itu? Jangan bilang itu duitnya pemerintah sehingga anda cuek-cuek saja, lah anda kan selama ini bayar pajak, ya dari pajak itulah pemilu ini dapat diselenggarakan. Jadi siapa bilang anda nyontreng itu gratis? Makanya ga bijaklah kalau anda tidak menggunakan hak suara anda.
Saya yakin kok diantara calon-calon di tiap-tiap dapil pasti ada calon legislatif yang benar-benar bagus dan berkualitas, hanya saja mereka kurang terekspos. Nah kalau anda masyarakat yang cerdas, seharusnya anda turun langsung untuk mencari tahu keberadaan mereka. Mungkin saja keterbatasan berkampanye membuat mereka menjadi tidak dikenal. Mungkin anda bilang kegiatan ini buang-buang waktu, tapi lebih baik mana ketimbang anda dipimpin sama pembohong yang akan memimpin anda selama 5 tahun ke depan. Apalagi kondisi ke depannya di prediksi tidak akan kunjung baik, sehingga dibutuhkan pemimpin yang benar-benar baik.
So buat teman-teman semua jangan pada golput yaaa... Apa kalian tahu, kalau kalian golput, suara kalian bisa dibeli oleh parpol low... Secara teori mungkin banyak yang bilang, mana bisa?? Tapi prakteknya memang seperti itu... Jadi daripada disalahgunakan hak suara kita, mending nyontreng aja deh...
Jangan lupa juga buat sosialisasi ke teman-teman yang lainnya untuk nyontreng juga yaaa... Seperti yang saya lakukan saat ini di DJARUM BLACK BLOG COMPETITION. Saya ingin sekali artikel-artikel yang saya tulis ini bermanfaat dan berguna sekaligus menambah informasi dan pengetahuan bagi teman-teman semua. Maju terus Indonesia! Maju terus para blogger Indonesia! Maju Terus DJARUM BLACK!!!