Menghadapi Perselisihan dengan Happy Ending


Siapa sih yang tidak pernah berantem?? Gak mungkin ya kayaknya kalau seseorang tidak pernah merasakan adanya suatu perselisihan di dalam hidupnya? Pasti ada saja yang membuat manusia bisa berselisih paham, baik itu dengan orang lain maupun dengan diri sendiri. Nah bahayanya adalah perselisihan itu bisa membuat situasi dan kondisi kita semakin buruk bahkan hingga ke titik yang parah yaitu hingga muncul yang namanya DENDAM!


Parahnya lagi, di tengah jaman komunikasi seperti ini malah justru semakin banyak orang yang mengalami perselisihan. Entah itu dalam skala kecil maupun dalam skala yang besar, namun tetap saja hal itu tidak mengenakkan. Lalu apa yang mendasari perselisihan itu?? 

Di dalam ilmu komunikasi dikenal yang namanya noise atau gangguan dalam berkomunikasi. Noise ini bisa berasal dari dalam maupun luar. Nah karena ada noise ini, maka komunikasi tidak menjadi efektif. Ketika komunikasi tidak efektif, maka pesan yang ingin disampaikan dari sender ke pada recipient menjadi tidak sempurna dan disitulah celah terbesar dari terjadinya suatu perselisihan.

Lantas bagaimana cara kita dalam menghadapi situasi seperti ini? Jelas disini kata kuncinya adalah MENGALAH. Sudah baca artikel saya yang berjudul "Mengalah Untuk Menang" kan?? Di situ saya tuliskan bahwa ketika kita mengalah, belum tentu kita dalam posisi yang kalah atau sering kali kita dengar celotehan yang mengatakan, "Yang waras ngalah!". Nah sudah, kalau anda merasa waras, mengalah untuk kebaikan.

Tapi saya tahu persis, sangat sulit untuk bisa mengalah dan mengakui kesalahan sendiri dan meminta maaf kepada orang lain. Budaya gengsi kita yang sangat tinggi membuat kita sangat enggan untuk hanya sekedar mengucapkan kata maaf.

"Loh kan bukan saya yang salah, tapi dia! Masa saya yang harus minta maaf?". Nah sering kali kata-kata ini juga yang terucapkan dari mulut kita dan hal ini membuat kita selau menginginkan perselisihan itu terus berlanjut. Sungguh mengherankan, karena katanya negara kita negara yang berkeTuhanan dan semua ajaran agama di Indonesia selalu mengajarkan akan cinta kasih terhadap sesama, namun perkara minta maaf aja masih harus tunggu-tungguan. Aduh cape deh!!

Ada satu filosofi hidup yang saya pegang yaitu mengenai air dan api. Ketika terjadi suatu kebakaran yang kita lakukan pasti berusaha untuk memadamkannya kan? Nah untuk memadamkannya apa yang harus kita siram? Bensin atau air? Nah sama saja, ketika kita ada perselisihan, janganlah malah membuat permasalahan tersebut semakin besar, justru kita harus lebih tenang, lebih sabar, dan lebih bijaksana untuk meredam dan memadamkan api tersebut.

Satu hal, perselisihan itu tidak selalu berdampak negatif low. Sekali lagi, tergantung dari mana kita mau berdiri dan melihatnya. Ketika kita mengalami permasalahan, pasti ada suatu saat dimana kita bertanya-tanya kira-kira kita salah apa ya atau yang sering kita bilang dengan sebutan intropeksi diri. Kemudian justru dengan adanya perselisihan, hal ini akan membuat kita tertantang untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kita seharusnya menjadikan perselisihan untuk menjadi cambuk bagi kita untuk mengubah ke arah yang lebih baik lagi. Kalau terjadi perselisihan itu kan tandanya kita belum baik tuh, makanya ke depannya harus menjadi lebih baik lagi biar ga ada tuh perselisihan lagi. Karena kita belajar baik dari orang yang tidak baik dan kita belajar sabar dari orang yang tidak sabar. Makanya gak semuanya itu buruk lagi.

Yang terpenting lagi adalah jangan lupa untuk memaafkannya dan mendoakan orang yang berselisih dengan kita. Jangan sampai anda memiliki rasa dendam sedikitpun, karena yang namanya dendam itu hanya memburukkan hidup anda sendiri! Ketika anda bisa memaafkan, mendoakan, bahkan bersikap baik dengannya, maka sudah bisa dipastikan bahwa andalah pemenangnya dalam perselisihan tersebut, karena anda berhasil mengubah sikap anda menjadi lebih baik lagi. Urusan dia tidak mau memaafkan anda dan bersikap tidak baik dengan anda, itu adalah urusan antara Tuhan dan dirinya. Pasti ada tabur tuainyalah. "Lihat saja, apa yang akan terjadi!" hehehehe (itu katanya pak Mario Teguh), pasti akan HAPPY ENDING.

0 komentar: