Analisa Kemenangan Obama dengan Teori Intercultural Communication


Kita semua tahu, Barack Hussein Obama telah menggemparkan seluruh dunia dengan terpilih menjadi presiden ke-44 negara adi daya, Amerika Serikat. Yang membuatnya fenomenal adalah karena ia merupakan  presiden kulit hitam pertama di Amerika Serikat dan hal itu seolah telah mematahkan isu rasisme yang masih melekat kuat hingga saat ini di tengah masyarakat amerika. Lihat aja tuh fotonya, sama kan kaya superman??? heheheehe

Jika kita mau melihat jejak langkah senator asal Illinois ini memang tidak mudah. Obama sudah harus bersaing dengan istri presiden Amerika, Bill Clinton, yaitu Hillary Clinton. Kemudian setelah menang melawan Hillary, Obama harus dapat mengalahkan John Mc Cain yang notabenenya jauh lebih senior ketimbang Obama.

        Namun Obama berhasil membuktikan dirinya sanggup mencetak sejarah baru, tidak hanya kepada rakyat amerika saja, namun juga kepada seluruh masyarakat dunia. Dunia saat ini menanti-nanti “change” atau perubahan yang dijadikan jargon oleh Obama dan partai demokrat.

Lantas apa hubungannya antara Obama terpilih menjadi presiden Amerika dengan teori intercultural communication? Jelas, kalau kita mau melihat ke belakang, sejarah hidup dari seorang Barack Obama sangatlah berliku dan penuh dengan unsur-unsur intercultural communication.

Inti dari Intercultural communication theory menurut Gudykunst adalah dimana ketika komunikasi yg terjadi diantara sender dan recivier terjadi dengan efektif karena terdapat mindfulness yang terbentuk akibat sender dan receiver telah sama-sama dapat memanage Anxiety Management dan Uncertainty Management, nah dikenal jugalah istilah ini dengan AUM Theory... hehehehehe

Barrack Hussein Obama, Jr, lahir pada tanggal 4 Agustus 1961 di Queen’s Medical Center di Honolulu, Hawaii dari ayah ekonom lulusan Harvard, Barack Hussein Obama, Sr., dari Kenya dan ibu Ann Dunham dari Wichita, Kansas. 

Ketika berusia dua tahun, kedua orangtua Obama bercerai. Ayahnya kembali ke Kenya dan ia hanya bertemu dengan anaknya sekali lagi sebelum ia meninggal pada 1982. Ann Dunham kemudian menikah lagi dengan Lolo Soetoro, pria asli Indonesia.

Pada masa kecilnya ini, Obama sempat menggunakan nama Barry. Kemudian keluarga ini berpindah ke Jakarta, di mana adik tiri Obama, Maya Soetoro juga lahir di sini.

Setelah empat tahun Obama tinggal di Jakarta, kembalilah Obama ke Hawaii untuk tinggal bersama neneknya, Madelyn Dunham. Di Hawaii inilah proses intercultural communication sangat terjadi dalam hidup Obama. Awalnya Obama dianggap orang aneh. Begitu dia memperkenalkan diri dan menyebutkan kalau dia keturunan Kenya yang bersuku bangsa Lou, Tiba-tiba semua anak berteriak seperti monyet. Uuuuuu...aaaaa....uuuuu.....aaaaa..... hahahaha

Tapi yang membekas di hatinya adalah pertemanannya dengan Ray (tapi bukan Ray Nineball yaaa), teman sekolah Obama yang juga berkulit hitam. Obama bercerita, bahwa ia dan Ray sangat tersiksa untuk tinggal di lingkungan kulit putih. Yang lebih menyebalkan, pada saat itu Obama bukan di Los Angeles atau di kawasan Bronx. Mereka berada di Hawaii yang mempunyai penduduk asli juga. Tega banget yaaa orang-orang itu???

Dari sini kita dapat melihat, bahwa masa SMA Obama tidak mengalami suatu komunikasi yang efektif. Hal ini dikarenakan tidak adanya mindfulness yang muncul akibat lingkungan sekitarnya yang tidak bias memanage antara emosi (anxiety management) dan logika (uncertainty management) yang ada. Tidak ada toleransi dan sikap empati, yang ada hanyalah suatu sikap dignity (kemuliaan) dari lingkungannya.

Asal tau aja, untuk bisa memanage AUM theory tadi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi seperti self identity (identitas diri), dignity (kemuliaan), tolerance (toleransi), emphaty (empati),  dan predictability (prediksi)....

Namun hal ini berbeda 180’ derajat pada saat Obama melakukan kampanye pemilihan presiden di Amerika beberapa saat yang lalu. Dimana Obama menyadari bahwa ia merupakan kaum minoritas di Amerika dan ia ingin supaya pesan dari kampanyenya efektif sampai di masyarakat luas. Maka seperti kita ketahui, Obama sangatlah rendah hati dan bersikap sangat toleransi dan empati dengan sesama. Hal ini ditunjukkan Obama pada saat di Amerika terjadi badai Katrina, dimana Obama berpikir bahwa masyarakat butuh bantuannya (uncertainty management) maka ia langsung turun ke lapangan untuk membantu (anxiety management) dan hasilnya luar biasa, Obama dapat diterima oleh masyarakat luas.

Disini yang patut kita analisis, sikap Obama yang selama berkampanye sangatlahmemperhatikan faktor-faktor dari AUM Theory untuk mendukung komunikasi yang efektif yang notabenenya merupakan goal dari intercultural communication. Self identity dari Obama sangatlah terlihat bahwa ia figure yang sangat sederhana, rendah hati, cinta dengan keluarga dan sesama Dari sinilah masyarakat Amerika sdah mulai respect dengan Obama. Sebagai kaum minoritas juga membuat Obama tidak melakukan dignity yang berlebihan. Ia menganggap bahwa kaum kulit putih dan kulit hitam adalah sama. Seperti yang saya ucapkan di atas juga, Obama mempunyai sikap toleransi dan empati yang sangat tinggi. Ia sangat toleransi dengan kaum kulit putih dan ia juga tidak lupa berempati dengan para kaum kulit hitam. Disinalah letak kesuksesan terbesar Obama memengangi pemilihan presiden di Amerika. Kemudian Obama juga merupakan orang yang sangat pandai dalam memprediksi. Ketika ada wartawan yang berusaha mencoba menjebaknya dalam sebuah wawancara, Obama lebih memilih diam karena memang hal itulah yang sebenearnya paling tepat jika kita kurang paham betul akan permasalahan yang ditanyakan.

Dari factor-faktor inilah, kita bias melihat bahwa antara uncertainty dan anxiety management dari seorang Obama sudah bias di manage sebaik mungkin sehingga memunculkan mindfulness kepada masyarakat luas, sehingga membuat komunikasi dari Obama berjalan dengan sangat efektif, hingga akhirnya seluruh masyarakat baik dari kulit hitam maupun dari kulit putih bersatu padu untuk memilih calon presiden dari partai demokrat itu. Makanya tidaklah heran, Barry si anak menteng itu kini dapat melenggang ke gedung putih dan tidak hanya memimpin Amerika, namun juga ia sekarang menjadi pimpinan dunia. Disinilah Obama sudah membuktikan bahwa intercultural communication milik Gudykuntz ini sangatlah tepat dan Obama sudah membuktikan hal itu kepada dunia.

Keren??? Sama kerennya kaya DJARUM BLACK donk pastinya.... Loh kok??? Pada ga tau ya kalau DJARUM BLACK itu juga dijual di luar?? Wahhhh pada katro nih... hehehehe... Brand DJARUM BLACK itu juga dikenal di beberapa negara di luar Indonesia dan pastinya kalau DJARUM BLACK mau melakukan hal ini pasti ujung-ujungnya ada teori intercultural communication. Bisa saja dengan brand yang sama tapi jika kita membelinya di luar terdapat beberapa perbedaan, baik dari kemasan, rasa, maupun promosinya. Hal ini semata-mata karena DJARUM BLACK ingin menyesuaikan dengan selera masyarakat setempat... hehehehe

sumbernya saya dapet dari materi kuliah di kampus (London Skul) dan dari majalah HAI


Key Point:

Komunikasi bukan sekedar menyampaikan apa yang kita ingin beritahukan kepada orang lain, tapi juga bagaimana caranya kita mengetahui apa yang diinginkan orang lain kepada kita. (jojo)

0 komentar: