Luar biasa pengalaman yang gw alami selama 1 minggu ini. Benar-benar suatu pengalaman yang indah. Seperti yang sudah diberitahu artikel yang sebelumnya dimana gw berhasil meraih juara 2 di WIDETION 2009. Bisa dibilang itu merupakan hasil yang cukup baik, mengingat tim yang berangkat ini adalah tim bentukan 1 hari dengan latihan hanya beberapa jam saja, belum lagi masalah non teknis yang terjadi di tengah-tengah lomba membuat langkah kami semakin sulit untuk sampai di final.
Namun kami tidak mau menyerah begitu saja. Asal boleh tahu, gw bersama teman-teman gw (Siska dan Jannah) benar-benar hanya bertiga di Bandung. Berjuang sendiri menghadapi lomba ini. Baru pada saat kami berhasil masuk semifinal, dua orang pembimbing kami (Jozef dan Haryadi) datang ke Bandung untuk menyupport kami.
Nah di WIDETION ini, antara semifinal dan final dilakukan pada hari yang sama. Nah di semifnal, kami harus berhadapan dengan juara bertahan yakni IM Telkom. Menurut kami, ini adalah tim yang terkuat namun kami berhasil menyingkirkan mereka dengan angka cukup telak. Nah di final kami harus berhadapan dengan tuan rumah, widyatama.
Jujur saja, gw gak mau menyimpan perasaan buruk mengenai faktor-faktor non-teknis tuan rumah, jadi gw tetep be positive dan berusaha untuk relax. Pada saat final berlangsung tanpa disangka kami berhasil membuat mereka kalang kabut menghadapi debat ini. Sangat terlihat sekali bahwa mereka gugup dan terlihat tak ada perlawanan sama sekali. Kami sudah sangat yakin kalau akan memenangi kompetisi ini!
Nah penilaian dimulai. Juri memasuki ruangan. Namun ada yang aneh, dimana salah seorang juri meminta panitia untuk menghitung kembali jumlah skor. Tidak puas akan hasil yang diperoleh, maka beliau menghitung sendiri skor tersebut. Nah kemudian beliau mulai untuk membacakan hasil. Beliau mengatakan bahwa tim tuan rumah terlihat sangat tidak percaya diri dan sangat berbeda dengan hari yang sudah-sudah, kemudian beliau mengatakan bahwa hasil final kali ini diluar dugaan beliau sama sekali dan ternyata pada saat dibacakan, 2 juri memberikan kemenangan untuk London School dan 1 juri memberikan kemenagan untuk tuan rumah, namun pemenenangnya adalah tuan rumah.
Jujur gw sama sekali tidak percaya akan hal itu. Sorak-sorai penonton tuan rumah masih kalah sepi dengan kondisi gw pada saat itu. UNBELIEVEVEBLE!!! Kalah???
Gw berusaha untuk menghibur diri sambil terus bertanya, kenapa gw bisa kalah. Kemudian tibalah pada saat gw bersalaman dengan para dewan juri dan kemudian juri yang membacakan keputusan itu mengatakan maaf kepada saya. Maaf?? Yup, beliau berkata dengan sangat yakin bahwa London School lah yang harusnnya menang!! Dia berkali-kali mengucapka kata itu.
Tidak sampai di situ, para penonton yang bukan kubu tuan rumah pun tak percaya akan hasil itu. Mereka beramai-ramai mendatangi kami, memberikan ucapan selamat sekaligus protes akan hasil final tersebut. Namun gw berusaha untuk bersikap dewasa dan berjiwa besar. Masa gw nulis artikel berjiwa besar, tapi gw sendiri ga berjiwa besar sih?? Malu donk cuma bisa teori gak bisa praktek.
Yah sudah kemudian kami keluar dari ruangan tersebut. Eh ketemu lagi dengan juri yang menyupport kami tadi, kemudian beliau tanpa basa-basi mengucapkan maaf kembali dan meyakinkan kembali kalau kamilah yang menang. Gw tanya, kok bisa saya yang harusnya menang?? Trus di jawab sama dia, "Iya, dua juri sudah menangin kamu, tapi juri tuan rumah ngalahin kamu dengan angka telak. Tadi kami uda berdebat, tapi namanya juga tuan rumah. Tapi kamu harusnya yang menang!"
Wow, gimana gak makin nyesek gw?? Kemenangan gw dirampas ma juri tuan rumah. LOGIKANYA adalah, jika 2 juri memberikan kemenangan buat gw, berarti 1 juri lagi walaupun memberikan gw kekalahan tapi gak sebegitu telaknyalah. Padahal dari 2 juri itu, ada 1 juri yang memberikan kemenangan gw telak. Nah bisa dibayangkan betapa "dahsyatnya" juri tuan rumah memberikan penilaian terhadap tuan rumah?? Gw juga baru tahu ternyata 2 juri itu dari luar dan 1 juri yang ngalahin gw itu adalah juri dalam. Gimana gag makin gondok gw???
Tapi gw berusaha untuk berjiwa besar dengan cara menerima hal itu semua. Memang nyesek tapi inilah keputusannya. Lagian pembimbing gw berkali-kali bilang, kalau menang ya menang aja... Jadi ya gw harus menerimanya. Setelah gw pikir-pikir juga, gw ini kalah yang sangat terhormat. Semua orang bisa menilai akan hal itu. Gw ga minta dewan juri membela gw, gw juga gak minta penonton membela gw, tetapi mereka datang dengan sendirinya mendukung gw. Gw juga berpikir, toh kalau gw jadi tuan rumah, gw akan malu setengah mati karena hanya dimenangi oleh juri dalam. Gimana gak malu, uda mati kutu di pertandingan, 2 juri ngasih kekalahan dan cuma 1 juri yang ngasih kemenangan dan 1 juri itu dosen sendiri lagi.
Yah apapun itu, tapi inilah realita yang ada di hidup ini. Yang namanya Kolusi itu masih sangat sering terjadi. Gw yakin pasti banyak sekali yang mengalami hal ini, pesen gw hanya satu.
"Tegakkan kepala karena kitalah juaranya!! Lebih baik kalah terhormat daripada menang sebagi pecundang!!"
Ingat artikel gw yang mengalah untuk menang atau rahasia kesuksesan?? Coba baca-baca lagi semua deh. Semuanya itu berkaitan. Jadi ingat, bukan hasilnya! Sekali lagi bukan hasilnya! Tetapi prosesnya! Inget, PROSES bukan hasil!!!
Ingat artikel gw yang mengalah untuk menang atau rahasia kesuksesan?? Coba baca-baca lagi semua deh. Semuanya itu berkaitan. Jadi ingat, bukan hasilnya! Sekali lagi bukan hasilnya! Tetapi prosesnya! Inget, PROSES bukan hasil!!!
Menanglah dengan FAIR dan kalahlah dengan TERHORMAT!!
0 komentar:
Posting Komentar