Hidup Adalah Menunggu


Akhirnya, setelah menunggu cukup lama saya bisa juga menonton film The Terminal. Memang terkesan sangat basi banget, film tahun 2004 baru saya tonton sekarang. Namun perlu dicatat, saya bukanlah movie freak, saya tidak seberapa suka nonton film. Jika sampai saya menonton suatu film, berarti memang ada sesuatu di dalam film itu. Masih inget pembelajaran dari film Wall E yang saya bahas?? Gak seberapa lama setelah saya tulis itu, ternyata wall e mendapatkan piala oscar dari nominasi film animasi terbaik. Berarti analisis saya tepatkan kalau itu adalah film yang bermutu??


Nah untuk film The Terminal kaya steven Spielberg ini, saya sebenernya sudah mau nonton dari lama, hanya saja saya belum mendapatkan DVDnya. Saya tertarik dengan ceritanya yang mengisahkan seorang bernama Viktor Navorski (Tom Hanks) yang berasal dari sebuah negara yang bernama Krakozhian, dimana negara itu merupakan negara yang tidak diakui oleh Amerika karena negara tersebut sedang ada konflik. Nah si viktor ini jadinya ga disahkan untuk ke New York namun dia juga tidak bisa di deportasi oleh petugas bandara, jadilah dia tinggal di bandara dan dia menggunakan gate 67 sebagai rumahnya.

Luar biasa sekali, dari seorang yang sama sekali tidak bisa bahasa inggris, Viktor terus beradaptasi dengan mempelajari bahasa inggris dari sumber apa saja yang ia dapat sehari-harinya. Hingga urusan makan pun ia hingga harus rela bekerja sebagai porter trolli hingga tukang. Kemudian ia berteman dengan berbagai staff di bandara tersebut dan ia mulai mencintai salah seorang pramugari di sebuah maskapai penerbangan. Apakah anda tahu alasan Viktor untuk berkunjung ke New York?? Ia hanya ingin menuntaskan mimpi ayahnya yang seorang pecinta musik jazz untuk mendapatkan semua tanda tangan dari musisi-musisi jazz dunia, namun hanya tinggal 1 musisi lagi yang belum didapati tanda tangannya dan ia show di New Yorck city. Ayahnya terus menunggu hingga 40 tahun hingga meninggal dunia, sehingga Viktor berjanji bahwa ia akan terus meneruskan cita-cita ayahnya tersebut.

Nah kira-kira poin apa yang bisa kita petik dari film yang sangat bagus ini??

1. Bisa karena terbiasa
Disini sangat terlihat kehidupan Viktor di awal dan di akhir cerita yang sangat kontras. Di awal cerita ia digambarkan sangat sulit berkomunikasi karena memang tidak bisa berbicara dengan bahasa inggris. Namun di akhir cerita, ia malah sangat pandai berbahasa inggris bahkan ia sempat menjadi penerjemah dari seorang rusia di bandara tersebut. Nah itu berarti dalam segala perkara, kita pasti akan menemukan jalan keluarnya jika kita sudah terbiasa. Makanya, jangan gampang nyerah ya teman-teman...

2. Patuhi setiap aturan yang ada
sebenarnya jika ia mau kabur dari bandara bisa-bisa saja, toh ada suatu adegan dimana ia disuruh kabur oleh manajer sekuriti dari bandara, namun apa yang dilakukan oleh Viktor? Ia malah tetap mematuhi aturan dan tetap rela menunggu di bandara hingga kasusnya terselesaikan. Ada juga adegan dimana ia harus meminta approve dari petugas bandara yang bernama Dolores, setiap hari Viktor selalu mengisi lembar pendaftaran dan disana ia digambarkan sangat tertib mengikuti setiap instruksi dari Dolores. Nah terbuktikan jika kita taat dan patuh terhadap setiap peraturan, maka ga ada hal yang bisa menjatuhkan kita dan orang-orang pasti akan bersimpati dengan diri kita.

3. Negaramu adalah rumah terbaikmu
Hal ini masih sangat berkaitan dengan artikel nasionalisme yang saya tulis kemarin, dimana mencintai tanah air itu sangat penting sekali dan itu yang banyak ditunjukkan di film ini. Di film ini ditunjukkan bagaimana emosionalnya Viktor ketika melihat berita negaranya sedang perang kemudian juga ia sangat bahagia ketika perang itu usai. Lalu ada adegan dimana Gupta, petugas bandara yang berasal dari India mengungkapkan kebahagiannya bahwa ia akan kembali ke negara asalnya, padahal ia tahu bahwa ia akan di deportasi dan dipenjara selama 7 tahun karena sebelumnya ia sempat membunuh polisi di India. Namun dengan senyum lebar ia berkata, "I will go home" kata-kata ini juga yang diucapkan oleh Viktor pada saat ia berhasil meminta tanda tangan dari musisi jazz yang digemari oleh almarhum ayahnya, "I will go home" dengan mata yang berkaca-kaca. Sebaik-baiknya negara orang, tidak akan ada yang pernah bisa menggantikan negara asal kita, Indonesia!

Pesan terpentingnya ada di poin ini,

4. HIDUP ADALAH MENUNGGU
Di film ini banyak sekali adegan-adegan yang menggambarkan kalimat tersebut. Ada seorang manajer sekuriti yang sudah belasan menunggu untuk naik jabatan tapi ga unjung naik jabatan. Lalu ada seorag pramugari yang disukai oleh Viktor yang sudah sekitar 20 tahun menunggu akan hadirnya cinta dalam hidupnya. Kemudia Viktor yang harus menunggu di bandara tersebut selama berbulan-bulan dan ayahnya yang harus menunggu 40 tahun untuk mendapatkan tanda tangan musisi jazz terakhir yang ia gemari. Nah sebenarnya itu realitas kita sehari-hari kan?? Kita suka gak sadar kalau hidup itu adalah menunggu. Menunggu pacar datang, menunggu liburan tiba, menunggu gajian tiba, menunggu impian kita tercapai, menunggu kita punya anak, menunggu kita dilamar, menunggu,,,, menunggu,,, menunggu,,, dan menunggu, hingga akhirnya menunggu saatnya ajal menjemput kita dari kehidupan ini.
Menunggu memanglah tidak enak, terkadang membosankan, dan mungkin banyak yang bilang itu buang-buang waktu, tapi itulah hidup kita.

Selama masih ada kata menunggu di dalam hati kita, berarti kita masih hidup. Kok bisa?? Karena ketika kita tidak menunggu sesuatu di dalam hidup kita, berarti kita sudah mendapatkannya semua dan di saat itulah kita kembali ke pangkuan yang maha kuasa. JADI teman-teman semua, jangan pernah takut dan bosan-bosan untuk menunggu, karena itu tandanya kita masih hidup dan ada seusatu yang harus kita kerjakan. Sama halnya saya yang sedang menghitung mundur penjurian dan pengumuman pemenang dari lomba DJARUM BLACK BLOG COMPETITION 2009. hahahahahahaha.....

"Life is Waiting"

Tulisan ini bisa dibaca di http://myblacklovers.blogspot.com  atau di note profil dari Jonathan Christian Susanto

0 komentar: